***

***

Ads

Jumat, 21 April 2017

Pendekar Lembah Naga Jilid 249

Akibat dari pertemuan dua telapak tangan itu ternyata merugikan sang pangeran. Sin Liong terdorong kuda-kuda kakinya sampai satu meter ke belakang, kakinya terseret dan membuat guratan dalam sampai hampir dua senti di lantai, sedangkan mukanya berubah pucat. Akan tetapi lawannya, Pangeran Ceng Han Houw, yang melakukan adu tenaga dengan tubuh masih meluncur, terpelanting dan terbanting ke atas tanah.

“Pangeran...!” Ciauw Si mengeluarkan seruan kaget.

Akan tetapi Ceng Han Houw yang terbanting itu sudah bergulingan lalu tahu-tahu dia sudah meloncat bangun, mengeluarkan teriakan nyaring yang aneh, melengking tinggi dan setelah itu, dia lalu berjungkir balik. Kepalanya yang kini menggantikan kedudukan kedua kakinya itu berloncatan mengeluarkan suara duk-duk-duk, kaki tangannya bergerak-gerak dan dia sudah mulai menyerang Sin Liong dengan ilmu silatnya yang aneh itu, yaitu Hok-te Sin-kun (Silat Sakti Membalikkan Bumi).

Sin Liong yang mengenal ilmu aneh yang amat berbahaya, yang tadi hampir mengalahkan ayah kandungnya, cepat bersikap hati-hati dan dia tetap mempergunakan Hok-mo Cap-sha-ciang untuk menandingi ilmu aneh ini.

Sementara itu, kiranya teriakan melengking yang dikeluarkan oleh pangeran itu bukan semata-mata teriakan marah, melainkan merupakan suatu tanda bagi para pembantunya untuk bergerak. Buktinya, begitu dia mengeluarkan teriakan melengking itu, beberapa orang dari golongan hitam yang tadinya duduk diantara para tamu, telah bangkit berdiri, para pengawal yang tadinya berjaga-jaga di luar kini datang dan mengurung tempat itu, dan kedua orang kakek dari Lam-hai Sam-lo juga sudah meloncat untuk mengeroyok Sin Liong!

Akan tetapi, Yap Kun Liong dan Yap In Hong sudah siap siaga, maka begitu melihat dua orang kakek itu berloncatan ke medan pertandingan, merekapun dengan loncatan jauh telah berada disitu. Yap Kun Liong sudah menghadapi Hai-liong-ong Phang Tek sedangkan adik kandungnya telah menghadapi Kim-liong-ong Phang Sun!

“Hemm, kiranya Lam-hai Sam-lo yang tinggal dua orang ini tak lain hanya orang-orang licik dan curang tukang keroyok seperti tukang-tukang pukul di pasar saja!” Yap Kun Liong berkata sambil menghadapi Phang Tek dengan senyum mengejek.

“Kau agaknya sudah bosan hidup, bocah tua bangka!”

Yap In Hong juga membentak Phang Sun yang disebutnya bocah tua karena memang tubuh kakek ini seperti anak kecil.

“Saudara-saudara, para pendekar sombong ini sudah mulai mengacau, hayo bangkit serentak dan menghancurkan mereka sebelum kelak mereka yang akan membasmi kita!” tiba-tiba terdengar bentakan seorang kakek yang baru muncul dan ternyata dia itu adalah Kim Hwa Cinjin, Ketua Pek-lian-kauw dari selatan yang perkumpulannya telah diobrak-abrik oleh Pangeran Hung Chih akan tetapi yang sempat pula melarikan diri bersama banyak pimpinan Pek-lian-kauw yang pada saat itu berkumpul pula di situ.

Kalau tadi dia tidak nampak adalah karena dia disuruh bersembunyi dulu oleh Pangeran Ceng Han Houw yang sudah membuat bekas musuh-musuh ini menjadi sekutunya. Mendengar seruan ini, banyak tokoh kang-ouw dari golongan hitam yang serentak bangkit dari tempat duduk mereka. Golongan ini adalah orang-orang yang selalu mengejar keuntungan, dan tentu saja mereka melihat kesempatan baik untuk memperoleh keuntungan jika mereka membantu pangeran yang selain lihai juga besar pengaruhnya dan kaya raya itu.






Akan tetapi pada saat itu Cia Bun Houw sudah meloncat maju dan menghadapi ketua Pek-lian-kauw itu sambil membentak marah,

“Pemberontak-pemberontak hina! Cu-wi yang gagah perkasa dari dunia kang-ouw tentu tidak akan membiarkan kaum sesat ini untuk menjebak kita dan untuk memberontak kepada pemerintah. Siapa yang merasa dirinya gagah, silakan maju membantu pemerintah untuk menghadapi mereka!”

“Bagus! Mari kita basmi penjahat-penjahat pemberontak ini! Siauw-lim-pai takkan pernah sudi bersahabat dengan kaum pemberontak dan penjahat!” teriakan dengan suara amat lantang ini dikeluarkan oleh Cui Khai Sun, pemuda Siauw-lim-pai yang gagah perkasa tadi.

Seruannya ini membangkitkan semangat para orang gagah disitu dan banyak diantara mereka yang bangkit dan siap menghadapi kaum sesat. Akan tetapi masih banyak yang ragu-ragu dan tetap duduk saja dan tidak ingin mencampuri urusan itu.

Sementara itu, Pangeran Ceng Han Houw yang mengamuk dalam keadaan jungkir balik itu, selalu dapat disambut oleh sin Liong dengan baik. Melihat betapa banyak orang gagah yang bangkit dan hendak menentangnya, dia meloncat dalam keadaan jungkir balik dan menjauhi Sin Liong sambil berkata,

“Tahan semua orang yang hendak melawan kami! Pasukanku berjumlah ribuan orang telah mengurung tempat ini! Kalian telah terkurung, siapa menyerah dan membantuku akan diampuni, yang menentang akan dibunuh!”

“Pangeran pemberontak! Engkau dan pasukanmulah yang terkurung! Dengar dan lihat baik-baik, sepuluh ribu pasukan telah mengurung Lembah Naga!” teriak Bun Houw pula dan pada saat itu Cia Giok Keng sudah melepaskan sebatang anak panah yang membumbung tinggi di angkasa dan anak panah api itu mengeluarkan asap tebal di angkasa.

Tiba-tiba terdengar suara tambur dan hiruk-pikuk di empat penjuru, tanda bahwa tempat itu telah dikurung oleh pasukan besar yang kini mulai datang mengurung dan mendesak!

Bukan main kaget dan marahnya Pangeran Ceng Han Houw. Dia meloncat dan menyerang lagi Sin Liong yang sudah menyambutnya dengan tangkas. Maka perkelahianpun dimulailah! Lam-hai Sam-lo yang tinggal dua orang kakek itu ditandingi Yap Kun Liong dan Yap In Hong, sedangkan ketua Pek-lian-kauw Kim Hwa Cinjin dihadapi Bun Houw. Orang-orang golongan hitam yang membantu pangeran pemberontak itu berhadapan dengan orang-orang gagah yang menjadi tamu disitu.

Setelah melepaskan anak panah api yang menjadi tugasnya dan mendengar sambutan balatentara kerajaan, Cia Giok Keng juga menyerbu dan ikut mengamuk dalam pertempuran itu, karena jumlah para tokoh sesat yang dibantu oleh pengawal-pengawal itu jauh lebih banyak daripada jumlah orang gagah yang menentang pangeran.

Pertempuran hebat terjadi di tempat pesta atau tempat pertemuan itu. Sin Liong dan Pangeran Ceng Han Houw berkelahi di tengah-tengah dan perkelahian mereka itu amat serunya, dan tidak ada yang mendekat untuk membantu karena keduanya telah mengeluarkan ilmu silat mereka yang mujijat, yang mereka dapatkan dari Bu Beng Hud-couw dan merupakan ilmu silat yang luar biasa sekali sehingga membantu mereka selain bahkan akan mengganggu, juga mungkin pembantunya akan terancam bahaya oleh yang dibantunya itu sendiri.

Sementara itu, di luar Lembah Naga sudah terjadi perang antara pasukan Lembah Naga melawan pasukan pemerintah. Akan tetapi karena jumlah pasukan yang datang nienyerbu itu jauh lebih besar, maka sebentar saja pasukan Lembah Naga itu terdesak dan terus mundur, dihimpit dari luar dari pasukan kerajaan.

Sementara itu, pertempuran yang terjadi di ruangan yang luas itupun terjadi dengan hebatnya. Akan tetapi karena tokoh tokoh besarnya seperti Pangeran Ceng Han Houw dan dua orang kakek Lam-hai Sam-lo, juga para tokoh Pek-lian-kauw, menemui tanding yang amat kuat dari pihak keluarga Cin-ling-pai, Siauw-lim-pai dan tokoh-tokoh kang-ouw lain yang tangguh, maka kaum sesat itupun kehilangan semangat dan mereka itu banyak yang sudah roboh oleh para orang gagah.

Ketua Pek-lian-kauw Kim Hwa Cinjin yang sudah amat tua itu bukanlah lawan dari Cia Bun Houw. Dalam pertandingan yang kurang dari lima puluh jurus saja, dengan tamparan Thian-te Sin-ciang yang dahsyat, pendekar ini telah merobohkan kakek ini yang tewas seketika karena tidak dapat menahan tamparan dahsyat yang mengenai dadanya. Cia Ciok Keng yang mengamuk dengan pedang Gin-hwa-kiam yang bersinar perak telah merobohkan beberapa orang tokoh Pek-lian-kauw.

Juga perkelahian antara Yap In Hong yang melawan Kim-liong-ong Phang Sun berlangsung dengan luar biasa serunya. Pendekar wanita itu menemui tanding karena kakek kecil pendek itu memang hebat dan merupakan tokoh yang terkenal dengan ilmu silat yang tinggi.

Namun, karena dasar ilmu silat yang dimiliki pendekar wanita itu lebih murni dan juga karena hati kakek pendek kecil ini sudah gentar menyaksikan betapa keadaan kini tanpa diduga-duga telah terbailk, dan keadaan pangeran yang dibelanya itu terancam bahaya, maka perlahan-lahan Kim-liong-ong Phang Sun mulai terdesak hebat.

Perlahan namun tentu, Yap In Hong mulai melancarkan lebih banyak serangan, terutama tamparan-tamparan Thain-te Sin-ciang dan Phang Sun hanya main mundur, mengelak dan menangkis tanpa sempat melakukan penyerangan balasan. Dia yang biasanya lihai ini sudah mulai mencari-cari jalan keluar untuk melarikan diri, namun lawannya terus mengurungnya dengan serangan-serangan dahsyat dan bertubi-tubi sehingga kakek kecil ini repot sekali.

Tidak demikiain dengan kakaknya, yaitu Hai-liong-ong Phang Tek. Kalau Phang Sun masih dapat melakukan perlawanan, sebaliknya Hai-liong-ong Phang Tek begitu bergerak melawan Yap Kun Liong segera mendapat kenyataan bahwa lawannya ini hebat bukan main, tidak kalah hebatnya dibandingkan dengan Cia Bun Houw!

Bahkan pendekar yang sudah setengah tua ini selain memiliki kematangan dalam gerakan juga ternyata memiliki banyak sekali ilmu silat yang aneh-aneh! Hanya gerakan gin-kang yang amat tinggi dari Hai-liong-ong Phang Tek, maka dia masih dapat bertahan akan tetapi dia tahu bahwa tidak mungkin dia akan menang menghadapi pendekar yang amat lihai ini dan seperti juga Kim-liong-ong Phang Sun, mulailah orang pertama dari Lam-hai Sam-lo ini untuk mencari kesempatan lari!

Ketika dia melihat kesempatan itu terbuka, yaitu ketika lawannya bergerak agak lambat, dia menggereng dan dari samping lengan kanannya yang panjang itu menyambar, tangannya mencengkeram ke arah muka Yap Kun Liong. Ini merupakan gerakan yang cepat dan dahsyat, akan tetapi hanya untuk menggertak saja dan dia sudah siap melompat jauh dan melarikan diri kalau lawannya mengelak dan mundur.

Akan tetapi ternyata lawannya tidak mengelak, melainkan mundur sedikit dan membiarkan pundaknya terbuka tidak terlindung. Melihat ini, tentu saia Hai-liong-ong Phang Tek tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk menang ini. Tangannya yang masih terbuka seperti cakar harimau itu tiba-tiba mencengkeram ke arah pundak lawan yang tak terlindung itu.

“Capp...!”

Seperti cakar baja kelima jari tangan kanan kakek itu mencengkeram ke arah pundak dan Yap Kun Liong sama sekali tidak mengelak maupun menangkis, melainkan membiarkan pundaknya dicengkeram.

“Auhhhh...!”

Terdengar Hai-liong-ong Phang Tek berseru kaget sekali ketika dia merasa betapa cengkeramannya mengenai benda lunak yang melekat dan terus menyedot sehingga tenaga sin-kang dari tubuhnya menerobos keluar melalui tangannya itu! Dia berusaha menggunakan tenaga untuk menarik kembali tangannya, akan tetapi makin dia mengerahkan tenaga, makin hebat pula sin-kangnya mengalir dan membanjir keluar!

Pucatlah wajah Hai-liong-ong Phang Tek dan tubuhnya menggigil. Dengan nekat tangan kirinya lalu menghantam, akan tetapi sekali ini tangan itu ditangkap oleh lawan. Begitu tertangkap, kembali sin-kangnya mengalir kuat dari pergelangan tangan yang tertangkap itu sehingga makin banyaklah kini sin-kang yang membanjir keluar itu.

“Aduh... celaka...!” Kakek itu berseru. Teringatlah dia akan Ilmu Thi-khi-i-beng yang mujijat dan dia menjadi takut bukan main.

“Hemm, kejahatanmu sudah melewati takaran agaknya. Pergilah!”

Yap Kun Liong tiba-tiba menampar dengan tangan kirinya, tepat mengenai belakang telinga lawan dan Hai-liong-ong Phang Tek mengeluh, tubuhnya terpelanting dan dia tewas di saat itu juga.

Melihat kakaknya roboh, Kim-liong-ong Phang Sun menjadi semakin jerih. Dia mengeluarkan teriakan panjang dan tiba-tiba dia meloncat pergi.

Akan tetapi wanita perkasa itu membentak.
“Hendak lari ke mana kau?”

Dan Yap In Hong mengejar dengan cepat, tangan kirinya bergerak dan sinar hijau menyambar. Itulah Siang-tok-swa, senjata rahasia istimewa merupakan pasir hijau yang berbau harum. Akan tetapi pasir halus ini mengandung racun yang amat berbahaya.

Kim-liong-ong Phang Sun cepat melempar tubuh ke samping lalu bergulingan sehingga sambaran pasir beracun itu lewat di atas kepalanya, akan tetapi baru saja dia hendak meloncat bangun, lawannya telah menerjangnya. Kakek kecil pendek ini hendak mengelak, namun dia kalah cepat dan begitu tangan Yap In Hong mengenai tengkuknya dengan tamparan Thian-te Sin-ciang yang ampuh, robohlah kakek itu dan nyawanyapun melayang sebelum tubuhnya terbanting ke atas lantai.

Cia Bun Houw, Yap Kun Liong, Yap In Hong dan Cia Giok Keng kini terus mengamuk, membantu para tokoh kang-ouw golongan bersih untuk menghadapi kaum sesat yang membantu Pangeran Ceng Han Houw. Biarpun jumlah kaum sesat lebih banyak, namun dengan bantuan mereka berempat ini mereka menjadi kocar-kacir dan banyak diantara mereka yang roboh dan tewas.

Pendekar Lembah Naga







Tidak ada komentar: